Total Tayangan Halaman

Jumat, 19 Oktober 2012

REFLEKSI KADERISASI

REFLEKSI KADERISASI
Kita sering mendapati diri ada di tengah belantara pertanyaan, gugatan, ketidakpuasan sekaligus kebingungan mengenai kaderisasi di PMII. Semuanya campur aduk tak tertata, antara pertanyaan mendasar dengan pertanyaan teknis. Pertanyaan apa tujuan kaderisasi kita? Untuk apa kaderisasi kita? terlontar bersamaan dengan pertanyaan: bagaimana metodenya? Apa isi materinya? Apa sajakah buku-buku referensinya? Bagaimana distribusi kader nanti? Siapa instruktur dan pematerinya?
Semua itu merupakan pertanyaan faktual, artinya relevan untuk diajukan. Soalnya adalah bahwa menata pertanyaan sesuai dengan proporsinya masing-masing, jarang terjadi. Lalu mengurutkan, memahami kembali dan mengakumulasikan jawaban-jawaban sebagaimana telah diberikan dari Kongres ke Kongres, juga jarang dilakukan.
Ketika kita (PMII) berada di tengah situasi otoritarianisme Orde Baru, PMII sepuas-puasnya mereguk khazanah intelektual dan mengambil inspirasi gerakan serta kosakata Marxian. Ternyata pilihan tersebut ampuh sebagai jalan mengetahui bahwa orang-orang PMII beserta organisasinya, adalah bagian dari masyarakat pinggiran bangsa ini yang secara sistematis memang dipelihara untuk tetap di pinggir. Lebih dari itu, pilihan tersebut juga ampuh untuk membangkitkan radikalisme kita, sehingga PMII berani mengisi garis depan perjuangan melawan negara sampai akhir dekade 1990.
Saat itu, tujuan PMII dan tujuan kaderisasi seolah-olah telah terumuskan dalam bentuk final, konkrit dan mewujud secara material: membela rakyat tertindas. Di tengah situasi zaman itu, struktur permukaan dari kenyataan yang dihadapi mahasiswa memang mudah menciptakan situasi psikologis yang sarat dengan heroisme.
Sementara zaman berubah dengan cepat, kampanye demokrasi dan slogan reformasi melahirkan desentralisasi; ruang kompetisipun terbuka sangat lebar. Gerakan ekstraparlementer tidak lagi menjadi domain utama gerakan mahasiswa. Kita bertemu dengan organisasi ‘kanan’ yang secara ‘tiba-tiba’ mendominasi ruang opini gerakan mahasiswa. Bersamaan dengan itu kita menemukan bahwa ‘rival’ lama kita ternyata masih tetap bertahan dan masih eksis. Pada saat itu, kita merasa kehilangan sifat ‘kanan’ kita: kita kurang Islami, kurang menghargai simbol dan seterusnya.
Situasi tersebut persis terjadi saat inspirasi gerakan dan kosakata Marxian belum disadari sepenuhnya sebagai sumber energi-eksternal pada masanya, yakni situasi nasional dekade 1990. Dengan kalimat lain, kita masih cenderung ‘kiri’ dalam kosakata dan sedikit ‘kiri’ dalam pikiran, namun kita ingin ‘kanan’ juga. Ambang antara ‘kiri’ dan ‘kanan’ inilah yang harus kita atasi.
Maka kita harus mengingat kembali tujuan dasar kaderisasi PMII, atau untuk apakah kaderisasi PMII dilakukan? Melihat kembali dan merekonstruksi tujuan ini penting, mengingat telah demikian banyak input intelektual dan pengalaman gerakan yang dipunyai PMII. Begitu banyaknya sehingga tujuan kaderisasi kita sering tak terbaca dan teringat, tergantikan dengan ‘bahasa-bahasa’  lain. Intensitas pergaulan dan kompetisi kita dengan organisasi ‘kiri’ dan organisasi ‘kanan’ kerap menimbulkan sikap ‘kecil hati’ di satu sisi dan terlalu ‘merasa besar diri’ di sisi yang lain. Bahkan kadang-kadang muncul sikap reaksioner.

Kamis, 21 Juni 2012

Mencetak kader PMII Rata yang bercirikhas

BIODATA CALON KETUA UMUM
PMII RAYON TARBIYAH

Nama                                      : Muchamad Sholechan
Fakkultas/Jurusan                  : Tarbiyah/Pendidikan Agama Islam
Tempat/ tanggal lahir           : Kebumen, 10 Juli 1992
Alamat Asli                            : Bulak Rt. 02/II, Desa Kemujan, Kec. Adimulyo, KEBUMEN
Alamat Sekarang                   : PP Daarun najah, Jln stasiun no. 175 Jerakah, Tugu Semarang.
Telp/Hp.                                : 085740289223 / 087837808803
Jenjang Pendidikan (formal)
  1. SD/MI                                    : SD N 1 kemujan               Tahun 2004
  2. SMP/MTS                  : SMP N 1 Karanganyar    Tahun 2007
  3. SMA/MA                   : MA N 1 Kebumen            Tahun 2010
  4. S1                                : IAIN Walisongo               Tahun –
Jenjang Pendidikan (non formal)

1.      PP. Al Huda, Kebumen
2.      PP. Daarun Najaah, Semarang

Pengalaman Organisasi        
  1. Ketua OSIS SMP N 1 Karanganyar
  2. Ketua Umum ROHIS MAN 1 Kebumen
  3. Ketua 1 PMR MAN 1 Kebumen
  4. Sekretaris Jendral PC IPNU Kebumen
  5. Sekretaris IMAKE Walisongo
  6. Wakil Sekretaris Jendral PMII Rayon Tarbiyah
  7. Koor. Pengkaderan LPM Edukasi
  8. Pimpinan Umum Ikatan Mubaligh Walisongo Semarang
  9. Koordinator Komisi A (Kebijakan Publik) Senat Mahasiswa Fakultas

Motto  : “Berikan yang terbaik untuk sesama”
Motif mencalonkan diri Sebagai Ketua Umum PMII Rayon tarbiyah adalah sebagai bentuk loyalitas sebagai kader, serta menyadari bahwa saya sebagai kader PMII Rata mempunyai kewajiban serta tanggung jawab untuk memajukan PMII Rata.

VISI
Terciptanya  iklim pergerakan yang berbasis intelektualitas, spiritualitas dan sosial, serta berpegang teguh pada prinsip idealisme pergerakan,  yang berlandaskan aswaja sebagai Manhajul Fikr.
MISI
1.      Mewujudkan gerakan kolektif  kader.
2.      Mencetak kader yang berintelekual tinggi dan berakhlakul karimah serta memegang teguh prinsip idealisme pergerakan.
3.      Membangun sistem pengkaderan yang berkesinambungan.
4.      Membangun sistem managemen organisasi yang profesional.


Ada beberapa hal yang melenadasi visi misi diatas, yang pertama adalah basis gerakan intelektual,  yaitu basis yang melandasi gerakan kaum aktifis PMII. Karena  aktivis  PMII merupakan aktor intelektual yang bergerak dengan prinsip intelek pula, sehingga prinsip peningkatan basis gerakan intelektual digagas agar tingkat kritisisme kader PMII lebih maksimal, sehingga dapat optimal dalam proses pengawalan untuk mengimplementasikan gagasan yang solutip dalam mengatasi permasalahan yang ada. Dalam proses kaderisasi misalnya dengan membentuk forum diskusi sebagai wadah untuk menjembatani kader dalam berproses meningkatkan Pemahaman teori serta pengetahuan yang dibutuhkan.
Basis gerakan selanjutnya yang perlu di maksimalkan adalah basis gerakan spiritual. Karena Kader PMII perlu mempunyai sikap dan budaya  yang berlandaskan pada nilai spiritual.  Agar segala tindakan ataupun gerakan PMII tidak menciderai prinsip keagamaan yang menjadi landasan pergerakan. Adapun ketauhidan kader dan gerakan PMII haruslah memegang keyakinannya (idealismenya) tidak hanya pada tataran lisan, namun juga mempraktikan nilai-nilai keyakinannya yang bersumber dari agama ataupun norma masyarakat. Dalam berorganisasi misalnya, perlu dijunjung nilai-nilai religius, kejujuran, bermanfaat kepada orang lain, dan sikap positif  lainnya.
Kemudian basis gerakan sosial, sebagaimana implementasi segala aspek teori dan pengetahuan dari pengimplementasian basis gerakan  intelektual serta religiusitas kader dalam mengupayakan terciptanya masyarakat madani. Basis gerakan ini digalakkan dengan bertujuan untuk meningkatkan responsibilitas kader terhadap segala aspek yang menciderai kemaslahatan rakyat dan upaya untuk menumbuhkan jiwa sosial serta sodaritas dalam membaca keadaan yang dialami oleh masyarakat. Seperti gerakan bakti sosial, gerakan advokasi ataupun gerakan yang lain sebagainya.
Selain penguatan di basis gerakan diatas, yang perlu di perkuat kembali adalah penanaman dan peneguhan prinsip gerakan yang berpegang teguh pada prinsip idealisme pergerakan , yaitu prinsip yang tertulis dalam NDP PMII. Serta menjalankan segala aspek kegiatan dalam rangka pengawalan dengan menggunakan Aswaja sebagai pola berfikir.
Mengkaca Gerakakan PMII Rayon tarbiyah
Dahulu basis gerakan PMII mempunyai peranan penting dalam memperjuangkan hak mahasiswa serta hak  rakyat Indonesia. Berbekal intelektualitas dan kapasitas yang mereka miliki, memposisikan kader PMII sebagai the agent of social change, the agent of social control, dan the agent of problem solver. Mereka mempunyai prinsip dan tugas yang mulia sebagai pembela rakyat dari segala kebijakan birokrasi yang tidak pro rakyat. Namun melihat realita sekarang, basis pergerakan yang mengatasnamakan gerakan untuk rakyat, kini tinggalah angan-angan.
Gerakan PMII Rayon tarbiyah sekarang telah terreduksi, terbukti Sebagai kader pergerakan yang  menempati jenjang pendidikan tertinggi di Indonesia, yang seharusnya kader mampu melaksanakan fungsinya sesuai dengan  landasan pergerakan yang tercantum dalam Nilai Dasar Pergerakan (NDP).  Akan tetapi, pada kenyataanya pergerakan PMII Rata sekarang cenderung kehilangan arah dalam gelombang permasalahan bangsa baik level regional maupun nasional, serta kehilangan daya kritis untuk menjadi pengawal penguasa.
            Adanya afiliasi terhadap partai politik menjadi salah satu faktor penyebab sikap apatis gerakan di tubuh PMII Rata dalam menyikapi masalah tertentu. Hal ini menyebabkan kader kehilangan daya kritis dan pembelaan terhadap mereka yang terpinggirkan. Selain itu banyaknya alumni kader pergerakan yang telah menempati posisi penting dalam  kancah perpolitikan baik di internal maupun eksternal kampus, hal ini juga berperan besar terhadap berkurangnya nalar kritis kader dalam menyikapi suatu permasalahan. Hubungan yang terjadi di antara alumni dengan kader PMII Rata yang masih aktif, cenderung didominasi oleh doktrin-doktrin yang bersifat pragmatis.
Permasalahan lain yang tidak kalah serius adalah, kritik yang dilontarkan mahasiswa pergerakan dalam berbagai bentuk unjuk rasa saat ini. Mereka dalam menyampaikan aspirasi tidak berangkat dari tradisi akademik yang menjadi basis moral pergerakan. Ketika melakukan aksi, kader kurang mempunyai dasar pemikiran akademis yang bisa dipertanggungjawabkan. Kerap kali suara-suara yang mereka bawa turun ke jalan tidak melalui serangkaian kajian yang mendalam berdasarkan disiplin ilmu yang memadai. Oleh karenanya argumen yang mereka tawarkan mudah dibantah dan dipatahkan. Disamping itu cara mereka menyalurkan aspirasi cenderung anarkis, sehingga simpati rakyat terhadap perjuangan mereka meluntur.
Maka perlu ada tinjauan ulang terhadap gerakan PMII Rata saat ini. Sudah saatnya kita berbenah diri dan kembali pada prinsip dan patron pergerakan yang benar, yaitu gerakan untuk rakyat. Mahasiswa pergerakan saat ini harus mampu mengaplikasikan konsep NDP sebagai bekal untuk pergerakan. Karena kader tidak hanya dituntut cakap secara berintelektual saja, namun harus mampu mengamalkanya dalam pengabdian masyarakat. Terlebih dalam mengawal kebijakan birokrasi yang tidak pro mahasiswa dan rakat.
 Kemudian peran serta semua elemen senior dan alumni  juga sangat penting. Sebagai penyokong sekaligus kontrol pergerakan kader-kader junior, supaya arah gerakan mampu sejalan dengan visi dan misi PMII .  Dengan adanya sinergitas tersebut diharapkan gerakan PMII mampu menjadi suatu kekuatan besar yang mampu mengawal birokrasi, sehingga akan tercipta masyarakat madani yang selama ini kita dambakan.
Mencetak kader PMII Rata yang bercirikhas
Ketika kita membincangkan permasalahan kaderisasi PMII Rayon Tarbiyah. Maka hal yang harus di garis bawahi adalah bagaimana kita harus membangun sistem kadirisasi yang berkesinambungan, serta menanamkan ciri khas kader PMII Rata sebagai Kader yang mempunyai nalar kritis tinggi. Sebagaimana yang diharapkan bahwa Kader PMII Rata mempunyai tipikal kader yang berbeda dengan kader di fakultas lain. Dalam hal ini, segala aspek heterogenitas dari seluruh kecenderungan  kader di gunakan sebagi sarana untuk menjembatai terwujudnya Visi kaderisasi. Yaitu dengan membentuk komunitas sebagai sarana untuk menjembatani proses kaderisasi, agar segala aspek kecenderungan kader itu dapat tercaver dalam tubuh PMII Rata.
Selanjutnya yang menjadi kebutuhan terpenting Kader di level rayon adalah mempunyai kapasitas serta Intelektualitas yang tingggi, sebagai penguat nalar kritis serta  syarat dalam prosesi pengawalan kita terhadap segala aspek yang tidak pro dengan mahasiswa dan masyarakat umum. Karena yang perlu dipahami adalah kita sebagai mahasiswa yang menjadi agen intelektual sekiranya harus  mampu menuangkan segala bentuk pemikiran positif guna menunjang terbentuknya pembangunan dalam segi pendidikan, ekonomi, sosial, maupun profesionalitas.
Hal ini diupayakan agar kader pergerakan mampu memerangi perangkap sistem pola fikir dogmatis yang membentuk  kerangkeng pemikiran yang akhirnya mengakibatkan phobia of mind, untuk itu kader-kader PMII rata harus mampu melawan hegemoni ketakuatan dan pola fikir dogmatis dengan free market of ideasnya Activies nothing statis, kaum pergerakan  harus kritis Stay movement to get revolution.
Mengelola Relasi dan jejaring PMII Rayon Tarbiyah
Selama ini sudah kita sadari bersama bahwa relasi maupun jejaring PMII Rata, baik di internal PMII maupun di ekternal organ lain sudah mulai banyak di kembangkan oleh kepengurusan sebelumnya . Maka saat ini yang perlu kita benahi bersama adalah bagaimana kita agar bisa mengelola hubungan baik kita dengan jaringan dan relasi agar terus bersinergi, sehingga segala aspek yang menjadi kebutuhan hajat kita dalam internal maupun eksternal dapat terwujud. Karna memeng riil tanpa jaringan serta relasi yang kuat, PMII rata tidak bisa maksimal dalam mengembangkan potensi dan segala aspek kapasitas yang dimiliki untuk ikut berkontribusi serta berkontestasi di dunia luar.
Salah satunya dengan kita memberdayakan kelompok ikatan senior ataupun alumni yang sudah terbentuk untuk menjembatani dan mempermudah komunikasi kader dengan senior PMII rata. Sebagaimana harapan dengan terjalinnya hubungan baik pada tubuh PMII rata dengan senior maupun alumni, dapat dipastikan PMII rata mudah untuk mengembangkan segala potensinya dan mempermudah gerak PMII itu sendiri.
Selajutnya membangun fondasi gerakan di kancah regional, dengan cara terus intens menjalin komunikasi baik di ranah rayon di komisariat walisongo sendiri maupun di level rayon di lingkup komisariat lain. Dengan terwujudnya jalinan yang bersinergi diaharapkan mampu mewujudkan cita-cita PMII Rata dalam kompetisi di level Regional tersebut.

Selasa, 12 Juni 2012

MEDIA VIDEO

MEDIA VIDEO

MAKALAH
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah: Media Pembelajaran
Dosen Pengampu: Dr. H. Fatah Syukur, M.Ag



Disusun oleh:
Muchamad Sholechan
(103111061)

FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2012



MEDIA VIDEO

     I.          PENDAHULUAN
 Sejalan dengan perkembangan pendidikan dan adanya kemajuan dibidang komunikasi dan teknologi, media belajar yang bervariasi semakin diperlukan dalam pelaksanaan proses pembelajaran. Langkah pemilihan dan penggunaan media pembelajaran haruslah sesuai, yaitu pemilihan dan penentuan strategi pembelajaran cocok dengan obyek pendidikan. Alasannya adalah bahwa strategi pembelajaran berhubungan dengan segala upaya yang ditempuh dalam kegiatan pembelajaran agar tujuan pembelajaran dapat tercapai, termasuk kegiatan dalam memilih dan menggunakan media pembelajaran.
Media merupakan sarana dan prasarana untuk mendukung berjalannya suatu pembelajaran. Penggunaan media ditujukan untuk menjadi salah satu cara menyampaikan suatu pembelajaran. Penggunaan media sebagai cara penyampaian pembelajaran tentu menyesuaikan keadaan, kondisi serta kebutuhan peserta didik. Selain itu media juga harus memperhatikan kemampuan, serta keefektifan bagi peserta didik.
Dengan kemajuan ilmu teknologi pada masa kini tentunya menjadikan berkembangnya pula media sebagai media pembelajaran. Audio dan visual adalah salah satu dari macam-macam yang dapat ditemui dalam media pembelajaran. Salah satu contoh diantaranya adalah Video. Dalam perkembangannya, membuktikan bahwa dengan sifat audio visual yang dimiliki video sangat membantu proses belajar mengajar dan meningkatkan mutu pendidikan. mengingat pula bahwa peranan media pembelajaran di dalam kegiatan pembelajaran semakin penting, maka pembahasan mengenai media video, untuk lebih jelasnya lagi dalam makalah ini akan kami diuraikan hal-hal yang berkaitan dengan media video.



  II.          RUMUSAN MASALAH
A.  Apa Pengertian Media Video?
B.  Bagaimana Karakteristik Media Video?
C.  Apa Saja Kelebihan dan Kekurangan Media Video?
D.  Bagaimana Pemanfaatan Media Video Sebagai Media Pembelajaran?
                                                                                                 
 III.       PEMBAHASAN
A.    Pengertian Media Video
Video adalah gambar-gambar dalam frame di mana frame demi frame diproyeksikan melalui lensa proyektor secara mekanis sehingga pada layar terlihat gambar itu hidup. Video dapat menggambarkan suatu obyek yang bergerak bersama-sama dengan suara alamiah atau suara yang sesuai. Kemampuan video melukiskan gambar hidup dan suara memberinya daya tarik sendiri. Media ini pada umumnya digunakan untuk tujuan-tujuan hiburan, dokumentasi, dan pendidikan. Video dapat menyajikan informasi, memaparkan proses, menjelaskan konsep-konsep yang rumit, mengajarkan keterampilan, menyingkat atau memperpanjang waktu, dan mempengaruhi sikap[1]
Dari pemaparan diatas dapat dipahami bahwa media Vieo merupakan teknologi untuk menangkap, merekam, memproses, mentransmisikan dan menata ulang gambar bergerak. Biasanya menggunakan film seluloid, sinyal elektronik, atau media digital. Video juga bisa dikatakan sebagai gabungan gambar-gambar mati yang dibaca berurutan dalam suatu waktu dengan kecepatan tertentu. Gambar-gambar yang digabung tersebut dinamakan frame dan kecepatan pembacaan gambar disebut dengan frame rate, dengan satufps.
B.     Karakteristik Media Video
Sebagai sebuah media pembelajaran, video mempunyai karakteristik yang berbeda dengan media lain. Adapun karakteristik media video agak berbeda dengan media televisi. Perbedaan itu terletak pada penggunaan dan sumber. Media video dapat digunakan kapan saja dan kontrol ada pada pengguna, sedangkan media televisi hanya dapat digunakan satu kali pada saat disiarkan, dan kontrol ada pada pengelola siaran. Namun secara umum kedua media ini mempunyai karakteristik yang sama, yaitu:
a.       Menampilkan gambar dengan gerak, serta suara secara bersamaan.
b.      Mampu menampilkan benda yang sangat tidak mungkin ke dalam kelas karena terlalu besar (gunung), terlalu kecil (kuman), terlalu abstrak (bencana), terlalu rumit (proses produksi), terlalu jauh (kehidupan di kutub) dan lain sebagainya.
c.       Mampu mempersingkat proses, misalnya proses penyemaian padi hingga panen.
d.      Memungkinkan adanya rekayasa (animasi).[2]

Kemudian karakteristik yang lebih spesfiknya; Media merupakan salah satu bentuk sumber belajar/komponen sistem instruksional yaitu berupa bahan. Hal ini seperti tercantum dalam kawasan Teknologi Pendidikan/Instructional (AECT,1977). Pada paradigma Th.1994 Seels dan Richey. (1994: 36), Media video termasuk pada audiovisual technologies. Media video merupakan media audio-visual atau jenis media pandang-dengar yang menampilkan informasi dalam bentuk moving image (citra bergerak ). Menurut UNESCO (dalam Dewan Film Nasional, 1981:9), dinyatakan bahwa adalah segala macam bentuk perekaman pada bahan baku pita, piringan dan sebagainya, dengan atau tanpa suara, yang apabila diproyeksikan kembali mernberikan kesan gambar hidup yang disajikan melalui aplikasi teknologi video.
Media video sering disepadankan dengan media televisi (TV), persamaannya adalah: 1) keduanya merupakan jenis media pandang - dengar dengan ciri gambar moving image, 2) untuk memanfaatkan media ini memerlukan monitor termasuk pesawat TV dapat digunakan sebagai monitor. Sedangkan perbedaannya adalah pada media video: software (program) dapat dihentikan, diperlambat maupun dipercepat, dan diputar ulang. Media televisi (TV) menyajian menggunakan proses siaran (on air) dengan teknologi transmisi.[3]

C.    Kelebihan dan Kekurangan Media Video
1.      Kelebihan Media Video
a.       Dengan menggunakan video (disertai suara atau tidak), kita dapat menunjukkan kembali gerakan tertentu. Gerakan yang ditunjukkan itu dapat berupa rangsangan yang serasi, atau berupa respon yang diharapkan dari siswa. Dengan video, penampilan siswa dapat segera dilihat kembali untuk dikritik atau dievaluasi.
b.      Dengan menggunakan efek tertentu dapat diperkokoh baik proses belajar maupun nilai hiburan dari penyajian itu.
c.       Akan mendapatkan isi dan susunan yang utuh dari materi pelajaran.
d.      Suatu kegiatan belajar mandiri dimana siswa belajar sesuai dengan kecepatan masing-masing dapat dirancang. Rancangan kegiatan yang mandiri ini biasanya dilengkapi atau dikombinasikan dengan bantuan komputer atau bahan cetakan.[4]
e.       Film dan video melengkapi pengalaman-pengalaman dasar dari siswa ketika mereka membaca, berdiskusi, berpraktek, dan lain-lain.
f.       Dapat menggambarkan suatu proses secara tepat yang dapat disaksikan berulang-ulang jika dipandang itu perlu. Misalnya : langkah-langkah dan cara yang benar dalam berwudhu.
g.      Disamping mendorong dan meningkatkan motivasi, juga menanamkan sikap dan segi-segi afektif lainnya.
h.      Mengandung nilai-nilai positif yang dapat mengundang pemikiran dan pembahasan dalam kelompok siswa.
i.        Dapat menyajikan peristiwa yang berbahaya bila dilihat secara langsung.
j.        Dapat ditunjukkan kepada kelompok besar atau kelompok kecil, kelompok heterogen maupun perorangan.
k.      Dengan kemampuan dan tehnik pengambilan gambar frame secara normal memakan waktu satu minggu atau dua minggu dapat ditampilkandalam satu atau dua menit.[5]
2.      Kekurangan Media Video
a.       Pengadaan film dan video umumnya memerlukan biaya mahal dan waktu yang banyak.
b.      Pada saat film dipertunjukkan, gambar-gambar bergerak terus sehingga tidak semua siswa mampu mengikuti informasi yang ingin disampaikan melalui film tersebut.
c.       Film dan video yang tersedia tidak selalu sesuai dengan kebutuhan dan tujuan belajar yang diinginkan kecuali film dan video itu dirancang dan di produksi khusus kebutuhan sendiri. [6]
d.      Ketika akan digunakan, peralatan video tentu harus sudah tersedia di tempat penggunaan ; dan harus cocok ukuran dan formatnya dengan pita video yang akan digunakan.
e.       Menyusun naskah atau skenario video bukanlah pekerjaan yang mudah dan menyita waktu.
f.       Biaya produksi video sangat tinggi dan hanya sedikit orang yang mampu mengerjakannya.
g.      Apabila gambar pada pita video ditransfer ke film hasilnya jelek maka hasilnyapun kurang memuaskan.
h.      Layar monitor yang kecil akan membatasi jumlah penonton, kecuali jaringan monitor dan sistem proyeksi video diperbanyak.
i.        Jumlah huruf pada gafis untuk video terbatas, yakni separuh dari jumlah huruf grafis untuk film atau gambar diam.
j.        Perubahan yang sangat pesat dalam teknologi menyebabkan keterbatasan sistem video menjadi masalah yang berkelanjutan.[7]

D.    Pemanfaatan Media Video Sebagai Media Pembelajaran.
Berbicara permasalahan pemanfaatan media Video, maka akan kami bahas mengenai pemanfaatan proses penggunaan serta pemanfaatan media video dalam proses belajar yang memberikan tujuan pembelajaran itu sendiri.
 Jika dilihat dari penggunan serta Untuk membandingkan ukuran gambar dengan jarak pandang dipergunakan formula 12 L. Perbandaingan ukuran lebar layar dengan jarak panang pada televisi tidak sama dengan perbandingan ukuran pada gambar yang diproyeksikan.
Untuk menguji keselarasan gambar yang akan ditampilkan dalam program video, ikutilah prosedur berikut ini :
1.      Ukurlah lebar gambar atau grafis.
2.      Minta seseorang seseorang membacanya dari jarak 12 kali lebar gambar itu. kalau ia dapat membaca apa yang tertera, berarti gambar itu akan jelas juga terlihat di layar TV ( kalau pesawat televisinya dalam keadaan baik ).
3.      Kejelasan dan keterangan gambar. Kalau memakai gambar, grafis atau foto untk TV hitam putih harus mempertimbangkan spektrum warna.
4.      Gunakan warna hitam, putih, serta warna abu-abu di antara keduanya.
5.      Kalau terpaksa harus menggunakan gambar berwarna, cobakanlah dulu alat videonya. Sesungguhnya perlu sekali mencoba semua gambar pada pesawat yang sama. sistemnya dengan pesawat TV yang digunakan siswa.
6.      Hindarkan permukaan yang terang dan berkilat, karena akan menyilaukan bila diberi cahaya.
7.      Seperti halnya dengan media lain, video juga dapat di kopi ke pita yang ukurannya sama atau lebih kecil. Jangan mengkopi pita dari pita kecil ke pita yang lebih besar.
8.      Dalam pemindahan antara film dan video, hasil yang baik kualitasnya adalah bila memindahkan dari film ke video, bukan video ke film.
9.      Pita induk hendaklah disimpan di tempat yang dingin dan aman, dan disusun dalam posisi tegak.[8]
Selain itu pemanfaatan media video dalam proses belajar diantara memberikan tujuan yang mencakup beberapa aspek yakni :
a.       Untuk tujuan kognitif
Dengan menggunakan video, tujuan kognitif dapat dikembangkan, yakni yang menyangkut kemampuan mengenalkan kembali dan kemampuan memberikan rangsangan berupa gerak yang serasi. Misalnya: dengan menggunakan video, siswa dapat langsung mendapat atau mengoreksi terhadapa penampilan yang belum memenuhi persayaratan, jika mereka mencobakan keterampilan atau kemampuan itu untuk menerapkan hukum dan prinsip tertentu.
b.      Untuk tujuan psikomotor
Video merupakan media yang tepat untuk memperlihatkan contoh keterampilan yang menyangkut gerak. Dengan alat ini dapat diperjelas, baik dengan diperlambat maupun dengan dipercepat. Tujuannya adalah mengajarkan koordinasi antara alat tertentu, seperti memanjat, berenang, dan lain-lain.
Dengan video siswa dapat langsung mendapat umpan balik secara visual terhadap kemampuan mereka mencobakan keterampilan yang menyangkut gerakan tadi.
c.       Untuk tujuan afektif
Dengan menggunakan berbagai teknik dan efek, video dapat menjadi media yang sangat ampuh untuk mempengaruhi sikap dan emosi. Video merupakan media yang baik sekali untuk menyampaikan materi secara afektif.[9]
Pemaparan diatas didukung  oleh pemaparan menurut Dwyer,yang mengatakan bahwa Video mampu merebut 94% saluran masuknya pesan atau informasi kedalam jiwa manusia melalui mata dan telinga serta mampu untuk membuat orang pada umumnya mengingat 50% dari apa yang mereka lihat dan dengar dari tayangan program. Pesan yang disampaikan melalui media video dapat mempengaruhi emosi yang kuat dan juga dapat mencapai hasil cepat yang tidak dimiliki oleh media lain.[10]

IV.          ANALISIS
Berdasarkan pemaparan diatas terkait media video dalam media pembelajaran. Dapat diketahui bahwa media video adalah salah satu contoh dari media pembelajaran dengan melukiskan gambar hidup dan suara memberinya  yang menjadikan daya tarik tersendiri. Tujuan media ini pada umumnya digunakan untuk tujuan-tujuan hiburan, dokumentasi, dan pendidikan. Mereka dapat menyajikan informasi, memaparkan proses, menjelaskan konsep-konsep yang rumit, mengajarkan keterampilan, menyingkat atau memperpanjang waktu, dan mempengaruhi sikap.
Berdasarkan penelitian media video mampu untuk mengingat 50% dari apa yang dilihat dan dengar. Dan media ini dapat mencapai hasil cepat yang tidak dimiliki oleh media lain, pada media video pesan gambar lebih utama diperhatikan dan suara merupakan pendukung gambar. Isi pesan yang terkandung dalam cerita dapat dilihat dari alur cerita, kejelasan isi cerita, kemenarikan cerita, dan narasi pesan cerita. Lebih efektifnya lagi bila guru sebelum memutarkan video diberikan pendahuluan atau pemaparan sedikit tentang materi yang akan diajarkan dan diberi penguatan setelah video ditayangkan.
Media video dapat dimanfaatkan untuk kegiatan belajar mengajar sehingga dapat meningkatkan hasil belajar mengajar. Media video juga menarik bagi anak-anak dan dapat membantu anak-anak belajar yang lebih baik. Hal ini karena video mampu menyajikan bahan yang bergerak dinamis sehingga merangsang perhatian anak-anak. Dengan demikian anak-anak lebih tertarik dan mudah mencernakannya.

  V.          KESIMPULAN
Video merupakan gambar-gambar dalam frame di mana frame demi frame diproyeksikan melalui lensa proyektor secara mekanis sehingga pada layar terlihat gambar itu hidup. Media ini pada umumnya digunakan untuk tujuan-tujuan hiburan, dokumentasi, dan pendidikan. Video dapat menyajikan informasi, memaparkan proses, menjelaskan konsep-konsep yang rumit, mengajarkan keterampilan, menyingkat atau memperpanjang waktu, dan mempengaruhi sikap.
Sebagai sebuah media pembelajaran, video mempunyai karakteristik yang berbeda dengan media lain. Adapun karakteristik media video agak berbeda dengan media televisi. Perbedaan itu terletak pada penggunaan dan sumber. Media video dapat digunakan kapan saja dan kontrol ada pada pengguna, sedangkan media televisi hanya dapat digunakan satu kali pada saat disiarkan, dan kontrol ada pada pengelola siaran.
Dalam pembahasan media Video juga terdapat kelebihan dan kekurangan media video itu sendiri, yaitu;
Kelebihan  :
1.    Dengan video, penampilan siswa dapat segera dilihat kembali untuk dikritik atau dievaluasi.
2.    Dengan menggunakan efek tertentu dapat diperkokoh baik proses belajar maupun nilai hiburan dari penyajian itu.
3.    Akan mendapatkan isi dan susunan yang utuh dari materi pelajaran.
Kekurangan :
1.    Menyusun naskah atau skenario video bukanlah pekerjaan yang mudah dan menyita waktu.
2.    Biaya produksi video sangat tinggi dan hanya sedikit orang yang mampu mengerjakannya.
3.    Apabila gambar pada pita video ditransfer ke film hasilnya jelek.
Kemudian dari sisi pemanfaatan, media video dalam proses belajar diantara memberikan tujuan yang mencakup beberapa aspek yakni :
1.      Untuk tujuan kognitif
2.      Untuk tujuan afektif
3.      Untuk tujuan psikomotor

VI.          PENUTUP
Demikian makalah Media Video yang dapat kami susun, sebagai manusia biasa kami menyadari dalam pembuatan makalah ini masih terdapat banyak kesalahan dan kekurangan. Untuk itu kritik  dan saran yang konstruktif sangat kami harapkan, demi kesempurnaan makalah kami dan berikutnya. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kami secara khusus dan kita semua. Amin...













DAFTAR PUSTAKA

Anderson, Ronald H., Pemilihan dan Pengembamgan Media Untuk Pembelajaran,  Penerjemah: Yusufhadi  Miarso, dkk ., Jakarta : Rajawali Pers, 1983
Anderson , Ronald H., Pemilihan dan Pengembangan Media untuk Pembelajaran
(Jakarta : Rajawali 1987) cet.1,
Arsyad, Azhar,  Media Pengajaran,  Jakarta : PT Raja Grafindo Persada,  2000 , Cet. 2
S., Endang, The World Book Encyclopedia (1984)



[1] Azhar Arsyad,  Media Pengajaran,  (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada,  2000 ), Cet. 2, hlm. 48
[3] Endang S, The World Book Encyclopedia (1984) hlm.2
[4] Ronald H. Anderson, Pemilihan dan Pengembamgan Media untuk Pembelajaran, penerjemah: Yusufhadi  Miarso, dkk,  (Jakarta : Rajawali Pers, 1983), hlm. 105-107
[5] Azhar Arsyad, Op. Cit., hlm. 49
[6] Ibid. Hlm. 49
[7] Ronald H. Anderson, lop. Cit hlm. 105-107
[8] Ronald H. Anderson, Pemilihan dan Pengembangan Media untuk Pembelajaran  (Jakarta : Rajawali 1987) cet.1, hlm. 56-58
[9] Ibid, hlm. 104-105.